Wisata Sejaran dan edukasi di Jakarta

Kota megapolitan Jakarta telah berubah wajah seiring perkembangan zaman. Modernisasi yang terjadi di setiap jengkal tanahnya membut banyak pilihan dan tempat untuk berwisata. Sayangnya, banyaknya tempat wisata tersebut justru membingungkan para penduduknya saat liburan tiba. Alhasil, mereka justru sering meninggalkan Jakarta untuk sekedar berganti suasana.
Pemikiran yang sama tersebut hanya membuat kondisi yang sama di tempat yang berbeda. Kemacetan yang terjadi hanya berpindah tempat, dari sepanjang jalan tol kota Jakarta ke kawasan Puncak Bogor atau Bandung, yang menjadi pilihan favorit warga ibu kota untuk menghabiskan waktu liburannya.
Padahal, sejumlah destinasi di Ibu kota tak kalah menarik dan nyaman untuk dikunjungi. Berikut beberapa destinasi wisata edukasi yang bisa dipilih saat liburan tiba, tanpa harus terjebak kemacetan di tempat lain:

1. Kota Tua Jakarta
Lokasi ini banyak dipilih oleh beberapa wisatawan terutama yang hobby memotret. Kota Tua Jakarta adalah kawasan seluas 139 hektar yang dulu dikenal sebagai Oud Batavia (Batavia Lama), yang mencakup wilayah Jakarta Kota dan sekitarnya, termasuk Pelabuhan Sunda Kelapa. Beberapa bangunan tua di tempat itu menambah kesan klasik yang mempercantik hasil jepretan.
Di tempat ini banyak sekali komunitas-komunitas peduli sejarah yang berfokus kepada Kota Tua, seperti Komunitas Jelajah Budaya yang seringkali mengadakan acara jalan-jalan sekaligus mengkaji sejarah kawasan tersebut.

2. Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan.
Taman Margasatwa Ragunan lebih dikenal dengan nama Kebun Binatang Ragunan. Selain untuk melihat koleksi satwa yang tinggal di tempat tersebut, tempat ini juga bisa dijadikan sebagai jalur olah raga sepeda. Fasilitas penyewaan sepeda pun disediakan bagi mereka yang ingin bersepeda namun tak membawa sepeda sendiri.
Kebun Binatang Ragunan memiliki luas sekitar 140 hektar, sehingga membutuhkan waktu sekitar 3-5 jam untuk mengelilingi seluruh penjuru dengan berjalan kaki. Di sini juga terdapat Pusat Primata Schmutzer, yakni tempat pelestarian primata yang didanai dan dikelola oleh swasta.

3. Taman Mini Indonesia Indah
Lokasinya berada didekat daerah perbatasan jakarta. Beberapa destinasi yang bisa dinikmati di tempat tersebut seperti taman bunga, taman burung, museum, theater 3D keong emas, replika istana, museum dan banyak replika rumah rumah adat beserta patung patung dengan busana daerah. TMII juga menyimpan koleksi alat musik yang berasal dari daerah-daerah di penjuru Indonesia lengkap dengan penjelasannya.
Tempat wisata edukatif ini juga menyediakan sarana bermain untuk anak-anak, seperti kolam renang, outbond dan berbagai fasilitas lainnya.


4. Museum Layang-Layang
Museum yang dikelola oleh swasta ini terletak di Jl. H. Kamang No. 38, Pondok Labu, Jakarta Selatan. Museum Layang-Layang berukuran kecil dengan bangunan mirip rumah-rumah daerah di Indonesia seperti Rumah Joglo.Museum yang buka hampir setiap hari sejak pagi hingga sore hari ini menyimpan cukup banyak koleksi layang-layang khas dari seluruh penjuru nusantara. Bahkan, Museum Layang-Layang juga berhasil mengumpulkan koleksi layang-layang dari mancanegara dengan bentuk yang unik-unik.
Museum ini menyuguhkan tiga menu utama. Pertama, suguhan audiovisual sejarah, jenis dan cara-cara menerbangkan layang-layang. Berikutnya, berbagai koleksi layang-layang yang unik-unik seperti layang-layang berbentuk Capung, Wayang, Kupu-kupu dan masih banyak lagi. Terakhir, museum ini mengajak dan mengajarkan para pengunjungnya membuat sebuah layang-layang dengan fasilitas yang sudah disediakan.
Salah satu tempat wisata edukatif ini juga memberikan keistimewaan pada pengunjungnya untuk bisa belajar membuat keramik, melukis payung, melukis kaos, melukis wayang, hingga membatik.
5. Museum Wayang
Museum yang berlokasi di Jalan Pintu Besar Utara Nomor 27, Jakarta Barat ini berada di dalam sebuah gedung yang unik dan menarik. Pada awalnya bangunan ini bernama De Oude Hollandsche Kerk (“Gereja Lama Belanda”) dan dibangun pertamakali pada tahun 1640. Tahun 1732 diperbaiki dan berganti nama De Nieuwe Hollandse Kerk (Gereja Baru Belanda) hingga tahun 1808 akibat hancur oleh gempa bumi pada tahun yang sama. Di atas tanah bekas reruntuhan inilah dibangun gedung museum wayang dan diresmikan pemakaiannya sebagai museum pada 13 Agustus 1975. Meskipun telah dipugar beberapa bagian gereja lama dan baru masih tampak terlihat dalam bangunan.
Museum Wayang memamerkan berbagai jenis dan bentuk wayang dari seluruh Indonesia, baik yang terbuat dari kayu dan kulit maupun bahan-bahan lain. Tempat ini juga menyimpan berbagai wayang dari luar negeri, seperti dari Republik Rakyat Cina dan Kamboja.  Hingga kini Museum Wayang mengkoleksi lebih dari 4.000 buah wayang, terdiri atas wayang kulit, wayang golek, wayang kardus, wayang rumput, wayang janur, topeng, boneka, wayang beber dan gamelan. Umumnya boneka yang dikoleksi di museum ini adalah boneka-boneka yang berasal dari Eropa meskipun ada juga yang berasal dari beberapa negara non-Eropa seperti Thailand, Suriname, Tiongkok, Vietnam, India dan Kolombia.

6. Museum Tekstil
Museum ini terletak di Jl. Aipda K.S Tubun No. 2–4 Petamburan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Museum yang menempati salah satu gedung tua di Jantung kota Jakarta ini awalnya adalah rumah pribadi seorang warga negara Perancis yang dibangun pada abad ke-19.
Di masa perjuangan kemerdekaan Indonesia, gedung ini menjadi markas Barisan Keamanan Rakyat (BKR) dan tahun 1947 didiami oleh Lie Sion Pin. Pada tahun 1952 dibeli oleh Departemen Sosial dan pada tanggal 25 Oktober 1975 diserahkan kepada Pemda DKI Jakarta yang untuk kemudian pada tanggal 28 Juni 1976 diresmikan penggunaannya oleh Ibu Tien Soeharto sebagai Museum Tekstil.
Salah satu museum di Jakarta ini menawarkan kegiatan membatik, mulai dari membuat pola, menggunakan canting, merebus, dan meluruhkan malam. Kelas membatik Museum Tekstil dapat diikuti oleh anak-anak usia 6 tahun ke atas hingga dewasa.

7. Planetarium dan Observatorium Jakarta
Planetarium dan Observatorium Jakarta adalah satu dari tiga wahana simulasi langit di Indonesia selain di Kutai, Kalimantan Timur, dan Surabaya, Jawa Timur. Planetarium tertua ini letaknya di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Planetarium Jakarta merupakan sarana wisata pendidikan yang dapat menyajikan pertunjukan/ peragaan simulasi perbintangan atau benda-benda langit. Pengunjung diajak mengembara di jagat raya untuk memahami konsepsi tentang alam semesta melalui acara demi acara.
Berdiri tahun 1964, planetarium ini diprakarsai oleh Presiden Soekarno dan diserahkan ke Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada 1969. Di tempat ini juga tersedia ruang pameran benda-benda angkasa yang menyuguhkan berbagai foto serta keterangan lengkap dari berbagai bentuk galaksi, teori-teori pembentukan galaksi disertai pengenalan tokoh-tokoh di balik munculnya teori.
Selain pertunjukan Teater Bintang dan multimedia/citra ganda, Planetarium & Observatorium Jakarta juga menyediakan sarana prasarana observasi benda-benda langit melalui peneropongan secara langsung, untuk menyaksikan fenomena / kejadian-kejadian alam lainnya, seperti gerhana bulan, gerhana matahari, komet dan lain-lain.

8. Museum Fatahillah
Museum yang juga dikenal dengan nama Museum Sejarah Jakarta atau Museum Batavia ini terletak di Jalan Taman Fatahillah No. 2, Jakarta Barat dengan luas lebih dari 1.300 meter persegi. Gedung yang dulunya sebuah Balai Kota (bahasa Belanda: Stadhuis) ini dibangun pada tahun 1707-1710 atas perintah Gubernur Jendral Johan van Hoorn. Bangunan itu menyerupai Istana Dam di Amsterdam, terdiri atas bangunan utama dengan dua sayap di bagian timur dan barat serta bangunan sanding yang digunakan sebagai kantor, ruang pengadilan, dan ruang-ruang bawah tanah yang dipakai sebagai penjara.Pada tanggal 30 Maret 1974, gedung ini kemudian diresmikan sebagai Museum Fatahillah.
Objek-objek yang dapat ditemui di museum ini antara lain perjalanan sejarah Jakarta, replika peninggalan masa Tarumanegara dan Pajajaran, hasil penggalian arkeologi di Jakarta, mebel antik mulai dari abad ke-17 sampai 19, yang merupakan perpaduan dari gaya Eropa, Republik Rakyat Cina, dan Indonesia. Juga ada keramik, gerabah, dan batu prasasti.
Di tempat ini juga menyimpan berbagai koleksi kebudayaan Betawi, numismatik, dan becak. Museum Fatahillah juga terdapat bekas penjara bawah tanah yang dulu sempat digunakan pada zaman penjajahan Belanda.

9. Museum Gajah
Museum Nasional Republik Indonesia atau Museum Gajah, adalah sebuah museum yang terletak di Jakarta Pusat. Museum ini merupakan museum pertama dan terbesar di Asia Tenggara. Museum ini banyak mengoleksi benda-benda kuno dari seluruh Nusantara, seperti arca-arca kuno, prasasti, benda-benda kuno lainnya dan barang-barang kerajinan. Koleksi-koleksi tersebut dikategorisasikan ke dalam etnografi, perunggu, prasejarah, keramik, tekstil, numismatik, relik sejarah, dan benda berharga.
Catatan di website Museum Nasional Republik Indonesia pada tahun 2001 menunjukkan bahwa koleksi telah mencapai 109.342 buah. Jumlah koleksi itulah yang membuat museum ini dikenal sebagai yang terlengkap di Indonesia. Pada tahun 2006 jumlah koleksi museum sudah melebihi 140.000 buah, meskipun hanya sepertiganya yang dapat diperlihatkan kepada khalayak.
Sumber koleksi banyak berasal dari penggalian arkeologis, hibah kolektor sejak masa Hindia Belanda dan pembelian. Koleksi keramik dan koleksi etnografi Indonesia di museum ini cukup lengkap.

10. Museum Bahari
Museum Bahari menyimpan koleksi yang berhubungan dengan kebaharian dan kenelayanan bangsa Indonesia dari Sabang hingga Merauke. Museum ini terletak di seberang Pelabuhan Sunda Kelapa.
Koleksi-koleksi yang disimpan terdiri atas berbagai jenis perahu tradisional dengan aneka bentuk, gaya dan ragam hias, hingga kapal zaman VOC. Selain itu ada pula berbagai model dan miniatur kapal modern dan perlengkapan penunjang kegiatan pelayaran. Juga peralatan yang digunakan oleh pelaut di masa lalu seperti alat navigasi, jangkar, teropong, model mercusuar dan meriam.
Museum Bahari juga menampilkan koleksi biota laut, data-data jenis dan sebaran ikan di perairan Indonesia dan aneka perlengkapan serta cerita dan lagu tradisional masyarakat nelayan Nusantara. Museum ini juga menampilkan matra TNI AL, koleksi kartografi, maket Pulau Onrust, tokoh-tokoh maritim Nusantara serta perjalanan kapal KPM Batavia-Amsterdam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar